MENINGATKAN KEMAMPUAN WRITING SISWA KELAS IXA di SMPN 2 MAYANG JEMBER MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PICTURE SERIES
Tiwuk Ari N., S.Pd., M.Pd
Abstract:
This action research aimed to investigate whether the use of picture series can improve students’ writing ability. The research subject was 33 students of class IX A of SMPN 2 Mayang in 2012/2013 academic year. The research had two cycles: asking the students to write a narrative about folktale by giving single picture, and asking the students to write a story based on the picture series given. The data were obtained by applying test, and descriptive statistic was used to analyze the data. The result showed that giving picture series to students can improve their writing ability.
Key words: writing ability, picture series
PENDAHULUAN
Di Indonesia, Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah, dari mulai tingkat SD sampai ke perguruan tinggi. Terlebih lagi Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk diajarkan untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Terlebih lagi di era globalisasi seperti pada saat ini tidak dapat dipungkiri Bahasa Inggris menjadi utama keberadaannya. Bahkan sekarang beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti test TOEFL dan mencapai nilai TOEFL tertentu sebagai syarat kelulusannya.
Pada tingkat SMP, sebagai tingkat pendidikan yang menjadi kajian dalam tulisan ini, tujuan pengajaran Bahasa Inggris adalah pada akhir pembelajaran siswa memiliki keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis dalam Bahasa Inggris berdasarkan tingkat perkembangan dan minat mereka, tingkat penguasaan kosakata dan tata bahasa yang sesuai.
Namun pada kenyataannya, sampai saat ini di kelas, Bahasa Inggris masih dianggap sebagai suatu pelajaran yang menakutkan sama halnya dengan pelajaran IPA dan Matematika. Hal itu terjadi pula pada siswa kelas IX A dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa di SMPN 2 Mayang. Posisi nilai siswa kelas IX A adalah pada ulangan harian pertama nilai rata-rata siswa adalah 55,78 dan nilai rata-rata ulangan harian kedua adalah 56,00. Nilai ini jauh dari nilai kriteria ketuntasan minimal untuk kelas IX di SMPN 2 Mayang yaitu 70. Hal tersebut juga terjadi saat guru meminta siswa untuk membuat karangan (tulisan) dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, sebagian besar siswa tidak mampu membuat karangan dengan baik karena kurang penguasaan kosakata, dan organisasi paragraf.
Kenyataan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran menulis di SMPN 2 Mayang khususnya kelas IXA belum efektif. Oleh karena itu diperlukan adanya media yang tepat dalam pembelajaran menulis (writing). Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis tersebut adalah dengan tindakan penggunaan gambar seri (picture series), sebab dalam gambar tersebut telah tersusun rapi urutan kejadiannya sehingga dapat membantu siswa dalam menyusun karangan/tulisannya menjadi lebih terorganisasi dan lebih runtut urutan kejadiannya sesuai dengan susunan gambar. Dengan demikian diharapkan nantinya kemampuan menulis siswa akan meningkat seoptimal mungkin. Namun demikian sejauh mana keefektifan gambar seri tersebut dalam meningkatkan hasil belajar menulis perlu dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini perlu dilakukan.
Dalam belajar bahasa, khususnya Bahasa Inggris, menulis tersebut memiliki arti penting, namun demikian hal tersebut juga merupakan kemampuan yang sampai sekarang dianggap sangat sulit oleh sebagian besar siswa. Wishob dan Burk (1980) menyatakan bahwa walaupun siswa mampu untuk berbicara Bahasa Inggris tetapi mereka tidak mampu untuk menulis dengan baik tanpa suatu proses latihan yang sistematis. Ini menunjukkan bahwa meskipun guru telah mengajarkan bagaimana cara menulis dengan baik, tanpa adanya suatu latihan yang terus menerus dan sistematis mustahil bagi siswa untuk dapat menulis dengan baik dan dapat mengekspresikan apa yang dia ingin curahkan ke dalam tulisan dengan baik pula.
Kemampuan menulis tersebut dapat diartikan sebagai suatu kemampuan mengkomunikasikan pikiran-pikiran atau ide-ide melalui simbol-simbol yang tertulis (Djatmiko,2001). Dalam menulis ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain: (1) tata bahasa: kecakapan atau kepandaian dalam menulis kalimat yang benar; (2) gaya bahasa: kecakapan atau kemampuan untuk menggunakan gaya bahasa; (3) mekanisme: kecakaan atau kemampuan untuk menggunakan konvensi peneliti, misalnya tanda baca dan ejaan, dan (4) kosa kata: kecakapan atau kemampuan menggunakan berbagai ragam kosakata dengan tepat sesuai dengan konteks (Nawangwulan, 2000).
Untuk pengembangan keterampilan menulis tersebut peranan media sangat dibutuhkan untuk meningkatkan minat siswa dan menumbuhkan motivasi siswa. Media peraga yang biasanya sering digunakan oleh guru untuk membantunya dalam menerangan pelajaran adalah gambar. Penggunaan gambar sebagai media tersebut diharapkan mampu memperbaiki situasi pembelajaran dan menghapuskan kesulitan siswa dalam menulis. Selain itu dengan menggunakan gambar, diharapkan dapat mengatasi rasa kebosanan siswa. Jika siswa suatu kelas tertarik pada apa yang mereka kerjakan, maka mereka akan menikmati proses belajar mengajar dan ingin meneruskan menjadi proses belajar mengajar yang menyenangkan (Penny, 1988).
Gambar disini juga dapat membantu menciptkan situasi lingkungan kelas yang kondusif bagi tumbuhnya proses belajar mengajar yang efektif dan bisa menumbuh kembangkan partisipasi siswa di kelas. Hal ini senada dengan apa yang ditulis oleh Deport dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning, yang menyatakan bahwa media visual/alat peraga dapat menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental (2001). Hal terpenting dalam penggunaan gambar adalah bahwa gambar tersebut mampu mendorong siswa untuk berbicara, membaca dan menulis dan dengan menggunakan media peraga proses belajar mengajar dan hubungan antara guru dan siswa akan terjalin lebih efektif.
Berdasarkan uraian di atas, permasalah pokok penelitian ini dapat dirumuskan menjadi: apakah media gambar seri dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing)?
Upaya untuk mencari jawaban dari permasalah yang ditemukan tersebut di atas adalah juga sekaligus sebagai tujuan dari penelitian ini. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah paling tidak dapat memberikan kontribusi bagi guru sendiri. Bagi guru khususnya guru bahasa Inggris di SMPN 2 Mayang Jember, hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang kondusif dan menyenangkan (enjoyable) dalam proses belajar mengajar. Di samping itu, dengan berpedoman pada hasil penelitian ini, guru diharapkan juga dapat membantu siswa dalam menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk tulisan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bermula dari permasalahan nyata yang dihadapi peneliti dalam pembelajaran writing di tempat tugas peneliti. Seperti yang disebutkan dalam bagian pendahuluan, bahwa pokok permasalahan penelitian ini adalah: “apakah media gambar seri dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing)?”. Untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut, peneliti merasakan perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun sasaran penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IX A di SMPN 2 Mayang Jember pada tahun akademik 2012/2013. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus awal (siklus 1) sebelum digunakan gambar seri dan yang dipergunakan adalah gambar tunggal, dan siklus 2, dengan memanfaatkan gambar seri. Pelaksanaan siklusan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan dimana guru membuat RPP, test, rubrik penilaian, membuat rubrik pengamatan; selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan di dalam kelas. Observasi dilakukan oleh collaborator selama penelitian di lakukan. Tahapan refleksi dilakukan oleh peneliti dan collaborator setelah siklusan selesai untuk melihat sejauh mana tahapan penelitian berjalan dengan benar dan untuk melihat hasil dari pengamatan collaborator. Pokok bahasan yang diajarkan pada kedua siklus tersebut adalah Narrative. Pada siklus pertama dan kedua siswa diminta untuk membuat karangan dalam bentuk genre teks narrative.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pada siklus 1, peneliti meminta siswa untuk membuat teks naratif dengan tema cerita rakyat. Pada siklus ini setelah mengajar dan memberi informasi tentang teks naratif. Pada tahap ini guru memberikan gambar tunggal yang menceritakan tentang satu cerita rakyat yaitu Malin Kundang . Siswa diberi waktu sampai pelajaran berikutnya untuk mengumpulkan hasil karangan tersebut. Guru juga meminta collaborator yang dalam hal ini adalah rekan sejawat peneliti yang juga mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris untuk mengobservasi jalannya pelajaran dan untuk mengobservasi keaktifan siswa. Hasil karangan yang dikumpulkan siswa kemudian dikoreksi oleh peneliti dan kemudian hasil tersebut dikembalikan lagi pada siswa untuk dapatnya dijadikan feed back.
Pada siklus 2, peneliti mengajarkan tentang cerita rakyat. Setelah selesai guru mengajar, guru menayangkan sebuah gambar seri yang menceritakan tentang sebuah cerita rakyat dengan menggunakan program power point. Setelah itu guru menayangkan sebuah gambar seri lagi dan kemudian meminta siswa untuk menceritakan cerita yang ada dalam susunan gambar tersebut dalam suatu karangan. Hasil dari karangan siswa ini kemudian dikoreksi oleh guru dan kemudian dari kedua hasil tersebut, dari siklus pertama dan kedua, dibandingkan dengan tujuan untuk mencari tindakan pembelajaran mana yang paling efektif dalam pembelajaran menulis. Pada tahap ini guru juga meminta collaborator untuk mengobservasi jalannya pembelajaran dan keaktifan siswa. Tehnik observasi yang dipakai adalah observasi check list terstruktur, artinya guru hanya memberikan tanda pada range yang tersedia. Untuk analisis data penelitian tersebut digunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif, dan uji keefektifan relatif (Masyhud, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada siklus awal pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan persiapan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi pelajaran yang dipilih adalah genre narrative dengan tema cerita rakyat. Pada siklus ini, setelah membuat RPP, peneliti mengajar seperti biasa dengan mengikuti tahapan-tahapan yang tertera dalam RPP. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan tugas pada siswa untuk membuat suatu karangan bergenre narrative tentang cerita rakyat. Guru menayangkan satu gambar tunggal yang berkaitan dengan cerita rakyat yaitu gambar tunggal Malin Kundang. Hasil karangan siswa kemudian dikoreksi dan disini peneliti menemukan banyak kesulitan ang dialami oleh siswa. Kesulitan yang banyak ditemui adalah penggunaan kata kerja, penguasaan kosakata dan susunan kalimat (grammar). Selain hal tersebut, dari hasil pantauan peneliti, siswa banyak mengalami kesulitan untuk menuangkan ide-ide tulisannya sehingga siswa kurang jelas dalam menuangkan maksud pikirannya tentang tema yang dipilihnya. Siswa juga belum mampu merangkaikan dan menyusun kalimat dengan benar. Pada siklus ini diperoleh skor total dari perolehan nilai siswa adalah 2180 dengan skor rata-rata sebesar 66.06.
Selain itu hasil dari observasi yang dilakukan adalah bahwa saat guru mengajar siswa lebih banyak bersikap pasif dan kurang aktif dalam merespon pengajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa hanya terlihat lebih aktif ketika guru menayangkan gambar tunggal melalui media program power point. Tetapi setelah itu sebagian besar siswa mengalami kesulitan saat guru meminta untuk membuat satu karangan teks bergenre narrative
Dari hasil pelaksaan pada siklus 1 tersebut dijadikan bahan evaluasi untuk pembuatan RPP dan dijadikan dasar dalam pelaksanaan siklus kedua. Pada siklus kedua, hasil kerja siswa dikembalikan pada siswa dan siswa melihat beberapa hal yang menjadi kesalahannya saat membuat karangan. Pengembalian hasil karangan yang telah dikoreksi ini diharapkan dapat menjadi feed back bagi siswa. Siswa diminta untuk mengamati kesalahan yang dibuat, kemudian guru menerangkan dan mengajak siswa berdiskusi tentang kesalahan-kesalahannya. Selanjutnya peneliti mengajarkan tentang teks bergenre Narrative. Guru kemudian menayangkan sebuah gambar seri tentang cerita rakyat Indonesia berjudul Timun Emas. Guru mengajak siswa untuk berlatih membuat karangan berdasarkan gambar seri tersebut. Hasil dari karangan siswa itu kemudian didiskusikan bersama tentang letak kesalahannya. Selanjutnya guru menayangkan satu cerita rakyat lagi yaitu tentang Cinderella. Pada gambar seri ini guru meminta siswa untuk membuat karangan berdasarkan urutan kejadian yang ada di gambar seri tersebut.
Pada siklus kedua ini setelah hasil karangan siswa diperiksa, didapatkan skor total sebesar 2439 dengan skor rata-rata sebesar 73.91. Pada hasil evaluasi siklus ini, masih ditemukan siswa yang membuat kesalahan pada tataran susunan kalimat dan pemilihan kata, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan hasil pada pembelajaran menulis sebelumnya (siklus 1). Hasil pada siklus kedua ini, siswa sudah mampu untuk menuangkan ide cerita yang ada dalam gambar seri tersebut dan urutan kejadian yang dituangkan dalam bentuk tulisan siswa sudah sesuai dengan urutan kejadian yang ada di dalam gambar.
Sedangkan hasil observasi didapat bahwa tingkat keaktifan siswa lebih meningkat. Terlebih lagi saat ditayangkan dua buah gambar seri dengan menggunakan media program power point. Siswa juga terlihat lebih santai saat mengerjakan tugas membuat karangan. Hal ini disebabkan siswa tidak terlalu dipusingkan untuk membuat suatu urutan kejadian cerita yang harus ditulis karena sudah terbantu oleh urutan gambar seri yang ditayangkan.
Apabila diperhatikan secara seksama paparan skor siklus 1 dan 2 pada tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa siklus pertama yaitu siklus dimana peneliti meminta siswa untuk membuat karangan yang menceritakan cerita rakyat berdasarkan gambar tunggal, maka skor keseluruhan yang didapat pada siklusan ini adalah 2180 dengan skor rerata sebesar 66.06. Sedangkan pada siklus kedua, dimana peneliti menayangkan sebuah gambar seri yang menceritakan tentang cerita rakya dan meminta siswa untuk membuat suatu karangan yang menceritakan cerita rakyat tersebut berdasarkan tayangan gambar seri, skor keseluruhan yang didapat sebesar 2439 dengan skor rerata sebesar 73.91.
Untuk menentukan tindakan mana yang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa, maka perlu dicari tingkat keefektifannya. Perbandingan selengkapnya mengenai keefektifan hasil latihan pada siklus pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Jika skor pada siklus 1 dibandingkan dengan siklus 2, maka akan terlihat tingkat keefektifan sebesar 11.88%. Jadi dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa siklus kedua menunjukkan tingkat keefektifan relative sebesar 11.88% dibandingan dengan tindakan pada siklus pertama. Artinya, penggunaan gambar berseri ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing) sebesar 11.88%. Jadi jika dengan menggunakan gambar tunggal kemampuan siswa dalam menulis mencapai skor 62, maka dengan penggunaan gambar seri rata-rata siswa akan meningkat mencapai skor rata-rata (11.88% X 62) + 62 = 69.37. Jadi kenaikan nilai dari siklus pertama ke siklus kedua adalah sebesar 7.37 poin.
Apabila digambarkan dalam bentuk kurva, perbandingan skor antara siklus pertama (gambar tunggal) dengan siklus kedua (gambar seri) dapat dilihat pada kurva di bawah ini:
Dengan melihat sebaran skor pada diagram di atas, ini berarti perlakukan yang diberikan pada siklus kedua lebih efektif hasilnya dibanding dengan perlakuan pada siklus awal, atau dengan kata lain bahwa penggunaan media gambar seri dapat lebih meningkatkan kemampuan menulis siswa dibandingkan dengan pemberian gambar tunggal. Dengan cara ini guru akan dapat lebih merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menulis. Melalui cara ini pula, kemampuan siswa untuk ber-Bahasa Inggris, terutama kemampuan menulis, diharapkan akan meningkat seoptimal mungkin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari uraian dibagian-bagian sebelumnya (pada bagian hasil dan pembahasan), maka dapat dikemukakan kesimpulan, bahwa tindakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing) sebuah karangan (dalam hal ini bergenre naratif). Keefektifan relative peningkatan skor rata-rata yang dicapai siswa tersebut mencapai sebesar 10.62%.
Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas dapat dikemukakan saran kepada guru bahasa Inggris di SMPN 2 Mayang pada khususnya dan semua guru Bahasa Inggris pada umumnya, bahwa pada setiap pembelajaran menulis (writing), guru hendaknya menggunakan media gambar untuk membantu siswa dalam mengemukakan ide-idenya dalam sebuah tulisan. Media gambar yang disarankan dalam hal ini adalah media gambar seri hal ini dikarenakan dalam gambar tersebut telah tersusun rapi urutan kejadiannya sehingga siswa nantinya dapat menyusun karangan/tulisannya menjadi lebih terorganisasi dan lebih runtut urutan kejadiannya sesuai dengan susunan gambar. Dengan demikian diharapkan nantinya kemampuan menulis siswa akan meningkat seoptimal mungkin.
DAFTAR RUJUKAN
Angelo Frank D. 1977. Process and Taught in Composition. Winthrop Publishers, Inc.: Cambridge, Massachussetts
Di Indonesia, Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah, dari mulai tingkat SD sampai ke perguruan tinggi. Terlebih lagi Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk diajarkan untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Terlebih lagi di era globalisasi seperti pada saat ini tidak dapat dipungkiri Bahasa Inggris menjadi utama keberadaannya. Bahkan sekarang beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti test TOEFL dan mencapai nilai TOEFL tertentu sebagai syarat kelulusannya.
Pada tingkat SMP, sebagai tingkat pendidikan yang menjadi kajian dalam tulisan ini, tujuan pengajaran Bahasa Inggris adalah pada akhir pembelajaran siswa memiliki keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis dalam Bahasa Inggris berdasarkan tingkat perkembangan dan minat mereka, tingkat penguasaan kosakata dan tata bahasa yang sesuai.
Namun pada kenyataannya, sampai saat ini di kelas, Bahasa Inggris masih dianggap sebagai suatu pelajaran yang menakutkan sama halnya dengan pelajaran IPA dan Matematika. Hal itu terjadi pula pada siswa kelas IX A dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa di SMPN 2 Mayang. Posisi nilai siswa kelas IX A adalah pada ulangan harian pertama nilai rata-rata siswa adalah 55,78 dan nilai rata-rata ulangan harian kedua adalah 56,00. Nilai ini jauh dari nilai kriteria ketuntasan minimal untuk kelas IX di SMPN 2 Mayang yaitu 70. Hal tersebut juga terjadi saat guru meminta siswa untuk membuat karangan (tulisan) dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, sebagian besar siswa tidak mampu membuat karangan dengan baik karena kurang penguasaan kosakata, dan organisasi paragraf.
Kenyataan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran menulis di SMPN 2 Mayang khususnya kelas IXA belum efektif. Oleh karena itu diperlukan adanya media yang tepat dalam pembelajaran menulis (writing). Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis tersebut adalah dengan tindakan penggunaan gambar seri (picture series), sebab dalam gambar tersebut telah tersusun rapi urutan kejadiannya sehingga dapat membantu siswa dalam menyusun karangan/tulisannya menjadi lebih terorganisasi dan lebih runtut urutan kejadiannya sesuai dengan susunan gambar. Dengan demikian diharapkan nantinya kemampuan menulis siswa akan meningkat seoptimal mungkin. Namun demikian sejauh mana keefektifan gambar seri tersebut dalam meningkatkan hasil belajar menulis perlu dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini perlu dilakukan.
Dalam belajar bahasa, khususnya Bahasa Inggris, menulis tersebut memiliki arti penting, namun demikian hal tersebut juga merupakan kemampuan yang sampai sekarang dianggap sangat sulit oleh sebagian besar siswa. Wishob dan Burk (1980) menyatakan bahwa walaupun siswa mampu untuk berbicara Bahasa Inggris tetapi mereka tidak mampu untuk menulis dengan baik tanpa suatu proses latihan yang sistematis. Ini menunjukkan bahwa meskipun guru telah mengajarkan bagaimana cara menulis dengan baik, tanpa adanya suatu latihan yang terus menerus dan sistematis mustahil bagi siswa untuk dapat menulis dengan baik dan dapat mengekspresikan apa yang dia ingin curahkan ke dalam tulisan dengan baik pula.
Kemampuan menulis tersebut dapat diartikan sebagai suatu kemampuan mengkomunikasikan pikiran-pikiran atau ide-ide melalui simbol-simbol yang tertulis (Djatmiko,2001). Dalam menulis ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain: (1) tata bahasa: kecakapan atau kepandaian dalam menulis kalimat yang benar; (2) gaya bahasa: kecakapan atau kemampuan untuk menggunakan gaya bahasa; (3) mekanisme: kecakaan atau kemampuan untuk menggunakan konvensi peneliti, misalnya tanda baca dan ejaan, dan (4) kosa kata: kecakapan atau kemampuan menggunakan berbagai ragam kosakata dengan tepat sesuai dengan konteks (Nawangwulan, 2000).
Untuk pengembangan keterampilan menulis tersebut peranan media sangat dibutuhkan untuk meningkatkan minat siswa dan menumbuhkan motivasi siswa. Media peraga yang biasanya sering digunakan oleh guru untuk membantunya dalam menerangan pelajaran adalah gambar. Penggunaan gambar sebagai media tersebut diharapkan mampu memperbaiki situasi pembelajaran dan menghapuskan kesulitan siswa dalam menulis. Selain itu dengan menggunakan gambar, diharapkan dapat mengatasi rasa kebosanan siswa. Jika siswa suatu kelas tertarik pada apa yang mereka kerjakan, maka mereka akan menikmati proses belajar mengajar dan ingin meneruskan menjadi proses belajar mengajar yang menyenangkan (Penny, 1988).
Gambar disini juga dapat membantu menciptkan situasi lingkungan kelas yang kondusif bagi tumbuhnya proses belajar mengajar yang efektif dan bisa menumbuh kembangkan partisipasi siswa di kelas. Hal ini senada dengan apa yang ditulis oleh Deport dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning, yang menyatakan bahwa media visual/alat peraga dapat menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental (2001). Hal terpenting dalam penggunaan gambar adalah bahwa gambar tersebut mampu mendorong siswa untuk berbicara, membaca dan menulis dan dengan menggunakan media peraga proses belajar mengajar dan hubungan antara guru dan siswa akan terjalin lebih efektif.
Berdasarkan uraian di atas, permasalah pokok penelitian ini dapat dirumuskan menjadi: apakah media gambar seri dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing)?
Upaya untuk mencari jawaban dari permasalah yang ditemukan tersebut di atas adalah juga sekaligus sebagai tujuan dari penelitian ini. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah paling tidak dapat memberikan kontribusi bagi guru sendiri. Bagi guru khususnya guru bahasa Inggris di SMPN 2 Mayang Jember, hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang kondusif dan menyenangkan (enjoyable) dalam proses belajar mengajar. Di samping itu, dengan berpedoman pada hasil penelitian ini, guru diharapkan juga dapat membantu siswa dalam menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk tulisan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bermula dari permasalahan nyata yang dihadapi peneliti dalam pembelajaran writing di tempat tugas peneliti. Seperti yang disebutkan dalam bagian pendahuluan, bahwa pokok permasalahan penelitian ini adalah: “apakah media gambar seri dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing)?”. Untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut, peneliti merasakan perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun sasaran penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IX A di SMPN 2 Mayang Jember pada tahun akademik 2012/2013. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus awal (siklus 1) sebelum digunakan gambar seri dan yang dipergunakan adalah gambar tunggal, dan siklus 2, dengan memanfaatkan gambar seri. Pelaksanaan siklusan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan dimana guru membuat RPP, test, rubrik penilaian, membuat rubrik pengamatan; selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan di dalam kelas. Observasi dilakukan oleh collaborator selama penelitian di lakukan. Tahapan refleksi dilakukan oleh peneliti dan collaborator setelah siklusan selesai untuk melihat sejauh mana tahapan penelitian berjalan dengan benar dan untuk melihat hasil dari pengamatan collaborator. Pokok bahasan yang diajarkan pada kedua siklus tersebut adalah Narrative. Pada siklus pertama dan kedua siswa diminta untuk membuat karangan dalam bentuk genre teks narrative.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pada siklus 1, peneliti meminta siswa untuk membuat teks naratif dengan tema cerita rakyat. Pada siklus ini setelah mengajar dan memberi informasi tentang teks naratif. Pada tahap ini guru memberikan gambar tunggal yang menceritakan tentang satu cerita rakyat yaitu Malin Kundang . Siswa diberi waktu sampai pelajaran berikutnya untuk mengumpulkan hasil karangan tersebut. Guru juga meminta collaborator yang dalam hal ini adalah rekan sejawat peneliti yang juga mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris untuk mengobservasi jalannya pelajaran dan untuk mengobservasi keaktifan siswa. Hasil karangan yang dikumpulkan siswa kemudian dikoreksi oleh peneliti dan kemudian hasil tersebut dikembalikan lagi pada siswa untuk dapatnya dijadikan feed back.
Pada siklus 2, peneliti mengajarkan tentang cerita rakyat. Setelah selesai guru mengajar, guru menayangkan sebuah gambar seri yang menceritakan tentang sebuah cerita rakyat dengan menggunakan program power point. Setelah itu guru menayangkan sebuah gambar seri lagi dan kemudian meminta siswa untuk menceritakan cerita yang ada dalam susunan gambar tersebut dalam suatu karangan. Hasil dari karangan siswa ini kemudian dikoreksi oleh guru dan kemudian dari kedua hasil tersebut, dari siklus pertama dan kedua, dibandingkan dengan tujuan untuk mencari tindakan pembelajaran mana yang paling efektif dalam pembelajaran menulis. Pada tahap ini guru juga meminta collaborator untuk mengobservasi jalannya pembelajaran dan keaktifan siswa. Tehnik observasi yang dipakai adalah observasi check list terstruktur, artinya guru hanya memberikan tanda pada range yang tersedia. Untuk analisis data penelitian tersebut digunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif, dan uji keefektifan relatif (Masyhud, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada siklus awal pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan persiapan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi pelajaran yang dipilih adalah genre narrative dengan tema cerita rakyat. Pada siklus ini, setelah membuat RPP, peneliti mengajar seperti biasa dengan mengikuti tahapan-tahapan yang tertera dalam RPP. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan tugas pada siswa untuk membuat suatu karangan bergenre narrative tentang cerita rakyat. Guru menayangkan satu gambar tunggal yang berkaitan dengan cerita rakyat yaitu gambar tunggal Malin Kundang. Hasil karangan siswa kemudian dikoreksi dan disini peneliti menemukan banyak kesulitan ang dialami oleh siswa. Kesulitan yang banyak ditemui adalah penggunaan kata kerja, penguasaan kosakata dan susunan kalimat (grammar). Selain hal tersebut, dari hasil pantauan peneliti, siswa banyak mengalami kesulitan untuk menuangkan ide-ide tulisannya sehingga siswa kurang jelas dalam menuangkan maksud pikirannya tentang tema yang dipilihnya. Siswa juga belum mampu merangkaikan dan menyusun kalimat dengan benar. Pada siklus ini diperoleh skor total dari perolehan nilai siswa adalah 2180 dengan skor rata-rata sebesar 66.06.
Selain itu hasil dari observasi yang dilakukan adalah bahwa saat guru mengajar siswa lebih banyak bersikap pasif dan kurang aktif dalam merespon pengajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa hanya terlihat lebih aktif ketika guru menayangkan gambar tunggal melalui media program power point. Tetapi setelah itu sebagian besar siswa mengalami kesulitan saat guru meminta untuk membuat satu karangan teks bergenre narrative
Dari hasil pelaksaan pada siklus 1 tersebut dijadikan bahan evaluasi untuk pembuatan RPP dan dijadikan dasar dalam pelaksanaan siklus kedua. Pada siklus kedua, hasil kerja siswa dikembalikan pada siswa dan siswa melihat beberapa hal yang menjadi kesalahannya saat membuat karangan. Pengembalian hasil karangan yang telah dikoreksi ini diharapkan dapat menjadi feed back bagi siswa. Siswa diminta untuk mengamati kesalahan yang dibuat, kemudian guru menerangkan dan mengajak siswa berdiskusi tentang kesalahan-kesalahannya. Selanjutnya peneliti mengajarkan tentang teks bergenre Narrative. Guru kemudian menayangkan sebuah gambar seri tentang cerita rakyat Indonesia berjudul Timun Emas. Guru mengajak siswa untuk berlatih membuat karangan berdasarkan gambar seri tersebut. Hasil dari karangan siswa itu kemudian didiskusikan bersama tentang letak kesalahannya. Selanjutnya guru menayangkan satu cerita rakyat lagi yaitu tentang Cinderella. Pada gambar seri ini guru meminta siswa untuk membuat karangan berdasarkan urutan kejadian yang ada di gambar seri tersebut.
Pada siklus kedua ini setelah hasil karangan siswa diperiksa, didapatkan skor total sebesar 2439 dengan skor rata-rata sebesar 73.91. Pada hasil evaluasi siklus ini, masih ditemukan siswa yang membuat kesalahan pada tataran susunan kalimat dan pemilihan kata, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan hasil pada pembelajaran menulis sebelumnya (siklus 1). Hasil pada siklus kedua ini, siswa sudah mampu untuk menuangkan ide cerita yang ada dalam gambar seri tersebut dan urutan kejadian yang dituangkan dalam bentuk tulisan siswa sudah sesuai dengan urutan kejadian yang ada di dalam gambar.
Sedangkan hasil observasi didapat bahwa tingkat keaktifan siswa lebih meningkat. Terlebih lagi saat ditayangkan dua buah gambar seri dengan menggunakan media program power point. Siswa juga terlihat lebih santai saat mengerjakan tugas membuat karangan. Hal ini disebabkan siswa tidak terlalu dipusingkan untuk membuat suatu urutan kejadian cerita yang harus ditulis karena sudah terbantu oleh urutan gambar seri yang ditayangkan.
Apabila diperhatikan secara seksama paparan skor siklus 1 dan 2 pada tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa siklus pertama yaitu siklus dimana peneliti meminta siswa untuk membuat karangan yang menceritakan cerita rakyat berdasarkan gambar tunggal, maka skor keseluruhan yang didapat pada siklusan ini adalah 2180 dengan skor rerata sebesar 66.06. Sedangkan pada siklus kedua, dimana peneliti menayangkan sebuah gambar seri yang menceritakan tentang cerita rakya dan meminta siswa untuk membuat suatu karangan yang menceritakan cerita rakyat tersebut berdasarkan tayangan gambar seri, skor keseluruhan yang didapat sebesar 2439 dengan skor rerata sebesar 73.91.
Untuk menentukan tindakan mana yang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa, maka perlu dicari tingkat keefektifannya. Perbandingan selengkapnya mengenai keefektifan hasil latihan pada siklus pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Jika skor pada siklus 1 dibandingkan dengan siklus 2, maka akan terlihat tingkat keefektifan sebesar 11.88%. Jadi dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa siklus kedua menunjukkan tingkat keefektifan relative sebesar 11.88% dibandingan dengan tindakan pada siklus pertama. Artinya, penggunaan gambar berseri ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing) sebesar 11.88%. Jadi jika dengan menggunakan gambar tunggal kemampuan siswa dalam menulis mencapai skor 62, maka dengan penggunaan gambar seri rata-rata siswa akan meningkat mencapai skor rata-rata (11.88% X 62) + 62 = 69.37. Jadi kenaikan nilai dari siklus pertama ke siklus kedua adalah sebesar 7.37 poin.
Apabila digambarkan dalam bentuk kurva, perbandingan skor antara siklus pertama (gambar tunggal) dengan siklus kedua (gambar seri) dapat dilihat pada kurva di bawah ini:
Dengan melihat sebaran skor pada diagram di atas, ini berarti perlakukan yang diberikan pada siklus kedua lebih efektif hasilnya dibanding dengan perlakuan pada siklus awal, atau dengan kata lain bahwa penggunaan media gambar seri dapat lebih meningkatkan kemampuan menulis siswa dibandingkan dengan pemberian gambar tunggal. Dengan cara ini guru akan dapat lebih merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menulis. Melalui cara ini pula, kemampuan siswa untuk ber-Bahasa Inggris, terutama kemampuan menulis, diharapkan akan meningkat seoptimal mungkin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari uraian dibagian-bagian sebelumnya (pada bagian hasil dan pembahasan), maka dapat dikemukakan kesimpulan, bahwa tindakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing) sebuah karangan (dalam hal ini bergenre naratif). Keefektifan relative peningkatan skor rata-rata yang dicapai siswa tersebut mencapai sebesar 10.62%.
Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas dapat dikemukakan saran kepada guru bahasa Inggris di SMPN 2 Mayang pada khususnya dan semua guru Bahasa Inggris pada umumnya, bahwa pada setiap pembelajaran menulis (writing), guru hendaknya menggunakan media gambar untuk membantu siswa dalam mengemukakan ide-idenya dalam sebuah tulisan. Media gambar yang disarankan dalam hal ini adalah media gambar seri hal ini dikarenakan dalam gambar tersebut telah tersusun rapi urutan kejadiannya sehingga siswa nantinya dapat menyusun karangan/tulisannya menjadi lebih terorganisasi dan lebih runtut urutan kejadiannya sesuai dengan susunan gambar. Dengan demikian diharapkan nantinya kemampuan menulis siswa akan meningkat seoptimal mungkin.
DAFTAR RUJUKAN
Angelo Frank D. 1977. Process and Taught in Composition. Winthrop Publishers, Inc.: Cambridge, Massachussetts
Deporter, Bobby and Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning. Alyn and Bacon: Boston
Guth, Hans P. 1969. Words and Idea a Handbook for College Writing. Wadworth Publishing Comp. Inc.: California.
Masyud, Sulthon, M. 2000. Analisis Data PTK. Makalah disajikan dalam pelatihan dan lokakarya penelitian tindakan kelas guru se-Jatim angkatan 1 di Laboratorium Micro Teaching FKIP Universitas Jember tanggal 22 – 24 Juli 2000
Nawangwulan, Tatit. 2000. Media Gambar Seri Sebagai Sarana Pembelajaran Menulis. Gentengkali. Tahun III No. 2 hlm. 19 – 21
Guth, Hans P. 1969. Words and Idea a Handbook for College Writing. Wadworth Publishing Comp. Inc.: California.
Masyud, Sulthon, M. 2000. Analisis Data PTK. Makalah disajikan dalam pelatihan dan lokakarya penelitian tindakan kelas guru se-Jatim angkatan 1 di Laboratorium Micro Teaching FKIP Universitas Jember tanggal 22 – 24 Juli 2000
Nawangwulan, Tatit. 2000. Media Gambar Seri Sebagai Sarana Pembelajaran Menulis. Gentengkali. Tahun III No. 2 hlm. 19 – 21








0 comments:
Post a Comment